Share And Give With Us

Dentum| Hanya Sekedar Cerpen

Tidak ada komentar

DENTUM!
Brilyandika Rizky Andhana

“Pernah berpikir tuk pergi
Dan terlintas tinggalkan kau sendiri
Sempat ingin sudahi sampai disini”

Lirik tiga baris itu mengingatkanku peristiwa lima bulan yang lalu ketika aku, Dika, ditinggal Dinta seseorang yang selalu menghiburku setiap waktu. Tanpa komunikasi tanpa kabar, sempat terlintas dipikiran dan teriak dalam hati memaci diri sendiri.
 “Aku memang salah, aku bodoh, sangat bodoh, aku coba berkomunikasi aku mencoba meminta maaf tapi dirimu tak selalu mengerti. Mengapa? Sudahlah pertengkaran ini adalah siluet kehidupan, lebih baik kulupakan dirimu Dinta!” teriakku dalam hati.
Dua bulan aku dilanda gundah, sendiri ditemani sepi sembilu rasa mengiris pedih direlung hati menghirup rindu tak bertepi hampa gelisah mengelayuti sukma. Hariku berlalu bersama datangnya rindu, tanpa seseorang yang menghiburku setiap waktu. Dua minggu berselang lagi-lagi ku tak bisa lupakan Dinta, mengapa? Selalu kuingat kenangan terindah dengannya oh mengapa Tuhan kau ingatkan kenangan itu yang hanya membuat hatiku terluka.
“Sebenarnya aku tahu kalau dirimu marah dan meninggalkanku. Dinta, Dinta, Dinta! kau adalah sahabat terbaikku, kau segalanya bagiku. Maafkan aku, aku mencoba berusaha untuk meminta maaf dan berkomunikasi tapi mau apa lagi?  Kalau kita tak saling mengerti? Dua hati bercampur emosi. Haruskah aku bersabar? Ya aku sudah lama bersabar dan aku mencoba untuk sadar!” gumamku dalam hati.
Disela-sela aku merenung tiba-tiba sahabatku Deyu mengkagetkanku.
“Hey! Ngapain merenung sendiri? Entar kesambet loh! Hahahaha,” kata Deyu.
“Eh gigi loh copot! Gila loe yu! Selalu suka godain sahabatnya sendiri!”, kataku sambil emosi.
“Hehehehe maaf ka gue khilaf, emang ngapain loe melamun sendiri, ada masalah? Cerita dong!” kata Deyu sambil kepo.
“Ah khilaf kok berkali-kali?,nanti aja kita ketemuan di kafe Paravanroka jam 8 gimana? Gue sibuk mau bantuin Bang Roni tetangga sebelah mau ngadain hajatannya Shofi,” kataku.
“Ha Bang Roni? Emang dia udah punya anak? Kapan nikahnya masak gue gak diundang gue kan temen adiknya Bang Roni, kok Tono gak ngabarin ya? Emang Shofi itu siapa? Pacarnya Bang Roni?” kata Deyu sambil kepo tingkat dewa.
“Loe selalu aja kepo, Shofi tuh kucing anggora betina peliharaannya bang Roni, lah tuh Shofi sekarang ulang tahun yang umurnya ke 2 tahun” kataku.
“HAA! Gila tuh Bang Roni belum nikah eh malah ngadain hajatan ulang tahunnya Shofi si kucing betina” kata Deyu dengan heran.
             
***

Di kafe, Deyu menghampiriku yang sedang galau.
“Hei, Ka!” kata Deyu sambil menyapaku.
“Hai, Yu!,” kataku sambil membalas seyuman.
“Melamun kenapa? Eh cerita dong masalah tadi?” kata Deyu dengan kepo-nya.
“Jadi gini, Bro, masih ingat dengan Dintakan?” kataku.
“Iya kenapa?” kata Deyu.
“Dia lama gak kasih kabar, jadi khawatir gue” kataku.
“Khawatir kenapa? Cemburu ya?” kata Deyu.
“Ha? Loe tahu darimana dia udah punya kekasih baru?” kataku.
“Dari facebook lah , statusnya kini berbunga-bunga” kata Deyu.
“Ya itu terus gue harus gimana?” kataku.
“Eh kan dia sahabat loe?, ngapain loe khawatir?, kan dia sudah punya kekasih?” kata Deyu dengan bingungnya.
“Maka itu, kekasih bisa melupakan sahabat,” kataku.
“Oh gitu ya.Eh aku boleh cerita juga gak?” kata Deyu sambil memohon padaku
“Iya cerita aja gak apa-apa, Yu” kataku.
“Jadi gini loe tahu Dewi Feranda kan?, anak jurusan animasi tuh?” kata Deyu
“Iya kenapa emang?” kataku.
“Aku suka sama dia,tapi gue gak berani” kata Deyu.
“Gak berani nembak ? Emang kenapa takut?” kataku.
“Nggak sih cuma ya gitu deh hehehe” kata Deyu.
“Malu?,hahahaha ngapain malu yu loe udah memendam rasa cinta loe itu lamakan?” kataku.
“Iya” kata Deyu dengan singkatnya
“Ya udah tembak aja” kataku.
“Gila lu ya mati tuh Dewi!” kata Deyu.
“Hahaha tembak jadi kekasih yu, hati adalah buku dengan banyak bab di dalamnya, salah satunya adalah tentang cinta,tembak aja buruan nanti cinta loe kadaluarsa kayak Malika loh” kataku.
“Siapa tuh Malika?” kata Deyu sambil penasaran.
“Kacang kedelai Pak Toyo dulu Malika ingin jadi kekasihnya Wildan kacang kedelai milik Bu Rosi tapi waktu sudah lama berlalu,Wildan pun tewas akhirnya pun Malika gagal mendapatkan cinta dari Wildan” kataku dengan becanda.
“Hahaha ini lagi bahas cinta atau bahas kacang kedelai sih?” kata Deyu sambil ketawa.
“Ya dua-duannya dong nanti bisa dibuat sinetron judulnya Cintaku Berakhir Dengan  Kedelai Busuk” kataku.
Dua minggu berlalu,aku masih menunggu kabar dari Dinta yang lama tak kunjung datang, “Coba pikir mungkin hanya aku yang selalu ada disampingmu, didekatmu, disaat kau terjatuh” mendegarkan lagu.
Belum sampai selesai bernyanyi dan medengarkan lagu,tiba tiba Deyu datang.
“Coba pikir mungkin cuma aku yang selalu ada menunggumu hingga saatnya kau menyadarinya cinta.Ciee masih galau nih ye,” kata Deyu
“Ah yu ganggu aja kerjaannya!” bentakku.
“Hahaha maaf,lah setiap hari gue lihat loe galau mulu bosan gue” kata Deyu.
“Dinta belum kasih kabar,komunikasi pun susah, ah gak semangat gue” kataku.
“Sabar ka,semangat dong jangan galau mulu, ingat Dinta adalah sahabatmu dan tidak mungkin seorang sahabat jadi mantan” kata Deyu.
“Iya yu,gue tahu tapi harus berlama kumenunggu?” kataku.
“Nggak lama kok kalau loe bisa dan berani mulai dari awal” kata Deyu.
“Itu susah” kataku dengan singkat.
“Belum dicoba kok menyerah?” kata Deyu.
“Oke,eh bagaimana udah berani nembak belum?” kataku.
“Ah masih ingat aja loe,hahaha belum gue coba. Bingung untuk langkah awalnya kata Deyu.
“Dengan seyuman,awali dengan senyuman” kataku.
“Bukan kalimat atau kata-kata manis?” kata Deyu.
“Awali dengan senyuman bukan kata-kata” kataku
“Bagaimana caranya?” kata Deyu.
“Loe punya akun facebooknya kan?” kataku.
“Ya” kata Deyu.
“Chat dia beri emoticon senyum” kataku.
“Udah gitu aja?,mana mungkin dibalas ka kalau gitu” kata Deyu.
“Udah coba aja,udah pulang yuk gerbang sekolah mau ditutup” kataku.
Seminggu berlalu,akhirnya Deyu dan Dewi jadian, aku pun ditraktir dengan Deyu sambil merayakan hari jadinya.
            “Wah keliatannya hatinya lagi berbunga-bunga nih” kataku.
            “Hahahaha,bunga apa yu?” kata Deyu.
            “Bunga Kamboja di kuburan. Hahahaha becanda yu” kataku.
            “Hahaha, Iya ini semua gara-gara loe, makasih ya ka” kata Deyu dengan ketawa bahagia.
            “Hahahaha gue suka liat temen gue senang ketawa itu sudah cukup sama-sama.” Kataku.
            “Eh bagaimana kabar Dinta?” kata Deyu.
            “Masih belum ada kabar.. Sudahlah lupakan” kataku.
Ketika saling bercanda  tiba-tiba diriku merasa pusing yang sangat berat, hal itu sudah aku rasakan sejak dua minggu ini tapi aku hiraukan,namun untuk kali ini sangatlah menyiksa dan akhirnya diriku pingsan, Deyu membawa ku kerumah sakit.
            “Ka kau tak apa-apa kan?” kata Deyu.
            “Nggak kok Yu gue gak apa-apa” kataku.
            “Tapi mulai dari kemarin muka loe pucat, emang loe sakit apa?, cerita?” kata Deyu dengan khawatirnya.
            “Gak apa-apa Yu! Mungkin gue hanya kecapekan, udahlah ayo kita pulang gue gak mau lama-lama dirumah sakit” kataku.
Aku buta dan engkau tuli akan cinta, dekap aku untuk mengerti, biarkanlah hati yang akan bicara. Ya hidup ini seperti piano. Berwarna putih dan hitam. Namun, ketika Tuhan yang memainkannya, semuanya menjadi indah. Dua  bulan terakhir ini aku  dan dinta mulai saling berkomunikasi itu semua dari sebuah kisah yang kuawali dari senyuman.
“Hai J”, kataku lewat pesan facebook, sambil menunggu jawaban dari dinta diriku merenung dan mengumam dalam hati.
“Ah kenapa sih?, kenapa kamu tak membalas pesanku?, apakah kamu masih marah padaku?”.
Sudah 30 menit aku menunggu namun tidak ada balasan tak seperti biasanya. Hingga waktu maghrib pun tiba aku pun sholat maghrib dan berdoa “Ya allah berikanlah aku kesempatan satu kali lagi untuk meminta maaf kepadanya aku mohon kabulkanlah permintaanku dan berikanlah dia kebahagian jauhkanlah dia dari keburukan”.
Doa itu kupanjatkan setiap aku sholat dan allhamdulilah doaku di kabulkan.keesokan harinya dia membalas pesanku.
 “Hai juga J” kata dinta secara singkat dipesan facebook.
“Apa kabar? udah lama gak berkomunikasi J” kubalas dengan senyuman lagi,pucuk dicinta ulam pun tiba. “Baik, kamu sendiri?”.Dinta membalas dan merespon dengan baik.
“Baik, udah gak galau lagi kan seperti dulu, aku juga minta maaf jika dulu aku sibuk terus sampai gak memperdulikanmu J maaf ya” balasanku.
“Hahaha iya aku udah gak galau lagi kok aku udah punya cowok loh, Tomi namanya anaknya asik loh, tampan lagi. Ya aku maafkan kok J” Dinta membalas.

Hingga dua puluh menit berlalu sengaja aku tidak membalas, aku merenung dan mengumam dalam hati “TELAT, aku salah sebenarnya diriku sayang padamu, bahkan melebihi cintanya namun mengapa kau tak mengerti itu?” gumamku.
“Ka?” Dinta bertanya di chat.
“Udah dulu ya, aku mau pergi dulu semoga kau nyaman dengannya” balasan terakhirku dengan rasa sedih.

Hidup itu seperti pelangi terkadang indah terkadang kita juga merasakan warna kelabu. Beberapa waktu berlalu banyak kenangan yang sudah aku lupakan dengan Dinta. Dinta siapa dia?, ku sebut malaikat gelapku.Sebulan berlalu diriku mengidap penyakit kanker otak stadium 4, sungguh tak ku duga, sungguh tak kuinginkan ini semua terjadi tapi apa daya tuhan berkata  lain.
Di konser jazz sambil mendengarkan dari bintang tamu Raisa menyanyikan lagu Pemeran Utama sedangkan Glend Fredlly menyanyikan lagu Sekali Ini Aja, tak kuasa aku meneteskan air mata dan ku menulis surat untuk Dinta ,  “Dinta, dentum jatungku terus berlantun,hari derita hampa beruntun menyiksaku aku malu namun waktu menutun dan ingin ku curahkan rasa yang lama terpendam ini Dinta aku sayang padamu lewat surat ini aku juga ingin mengatakan bahwa aku mengidap penyakit kanker otak stadium 4, kuharap kau ikhlas dan menerima aku apa dayanya sekarang. Semoga dirimu juga nyaman dengan Tomi, jaga diri baik-baik kau boleh melupakan aku. Dika.”

Surat tersebut aku titipkan ke Deyu dan sengaja aku memberi pesan kepadanya agar tidak membuka surat tersebut.

Jakarta lama tak jumpa, kini aku menghirup keheningan ku ingin lihat untuk terakhir kalinya Dinta malaikat gelapku sebelum ajal datang ingin ku lihat dia tersenyum tanpaku. Namun tuhan berkata lain Deyu mengabarkanku untuk segera ke rumah sakit bahwa Dinta kecelakaan parah sehingga mengakibatkan jatungnya bocor, ku pun segera ke rumah sakit disana aku bertemu orang tuanya  yang sedang bersedih.
“Nak Dikaaa!” kata ibu Dinta sambil memeluk tubuhku.
“Ibu siapa yang melakukan ini semua?” kataku.
 “Tomi nak, Tomi yang melakukan ini semua dia kabur dikecelakaan itu” kata ibu.
“Bagaimana kronologinya?” kataku dengan penasaran.
“Entah banyak saksi yang mengatakan ketika mengemudi Tomi sedang mabuk berat dan mereka bertengkar.Dinta jatuh dari mobil dan ditabrak mobil dari depan,Tomi emang brengsek!” kata ibu.
“Udah bu,sabar ini memang cobaan dari tuhan” kataku.
“Tapi nak Dika ibu gelisah tidak bisa berbuat apa-apa, Bapak Dinta sedang bekerja, sedangkan Dinta butuh donor jatung,Ibu bingung nak, Ibu bingung!” kata ibu.
“Kemana Tomi?, kenapa tidak mendampingi Dinta yang sedang kritis” kataku.
“Si brengsek itu kabur dia tidak pedulikan anakku” kata ibu sambil menangis.
“Sabar bu, lebih baik kita berdoa semoga Allah memberi jalan terbaik untuk Dinta” kataku.
Dua jam terlewat aku di ruang UGD dimana ku mendonorkan jantung untuk Dinta,
“Dinta kuharap kau jangan menangis, mungkin hanya lewat ini aku bisa membuat kau tersenyum lagi. Jangan kau anggap aku sudah tiada, karna jantung yang bernyawa ditubuhmu nanti setiap dentumannya adalah doaku disurga. Dentumu adalah surgaku Selamat tinggal Dinta!” gumamku dalam hati.
Proses operasi pun berhasil, dua minggu pun berlalu Dinta kini kembali tersenyum bertemu dengan Deyu dan memberi surat yang kutulis di konser jazz minggu lalu, sebelum ku menutup mata terkahir kalinya. Namun ketika menerima dan membaca surat dariku.  Dinta sedih dia juga baru tahu bahwa jantung yang berdentum ditubuhnya adalah jantungku dia sangat menyesal meninggalkanku dia juga berkata pada Deyu bahwa “Dia sayang padaku dan tak bisa jauh dariku”.




TAMAT







Tidak ada komentar :